Kamis Sore menjelang malam jumat aku baru pulang dari rumah temanku, karena hujan deras sejak siang membuat aku tertahan dirumah temanku. Agar lebih cepat sampai rumah, aku pulang mengambil jalan pintas yang melewati sebuah hutan Jati.
Saat sampai di pinggir hutan jati aku melewati jembatan kecil yang tak terlalu terurus, dibawah jembatan terlihat samar-samar seseorang yg sedang memancing. Aku hanya melewatinya dan tidak terlalu memperdulikannya, aku terus saja berjalan.
konon hutan jati yang harus kulewati terkenal angker tapi demi bisa pulang cepat kerumah, aku nekad meski dari berbagai cerita yg ku dengar, hutan itu berhantu. Mungkin karena pada masa lalu hutan itu adalah tempat para tawanan tentara jepang yang disiksa dan dibunuh. Buktinya ada sebuah gudang senjata peninggalan tentara jepang di pinggir hutan itu, tapi entah lah, karena aku sendiri lahir setelah zaman penjajahan, jadi aku tidak tau kebenarannya.
Hari mulai gelap dan sepi. Karena ingin cepat sampai kerumah, aku mempercepat langkahku, dan tibalah aku dihutan yang tadi kumaksudkan. Entah mengapa bulu kudukku langsung merinding, ketika berada di tengah hutan tiba-tiba aku merasakan ada yang aneh dibelakangku, seperti ada suara langkah kaki yang mengikuti, karena takut aku tak menghiraukannya, mungkin hanya perasaanku saja, dan aku mencoba untuk tetap tenang. Tapi sepertinya aku salah, langkah kaki itu semakin dekat dan jelas terdengar, dengan segenap keberanianku, aku mencoba menoleh kebelakang.
Teryata rasa takutku beralasan karena ada orang di belakang ku, aku melihat dari kakinya yang putih pucat, lalu kebagian celana dan bajunya, ternyata orang yang tadi ku lihat sedang memancing, di tangan kirinya ia memegang gagang pancing, dan di tangan kanannya, Nafasku serasa akan berhenti, di tangan kanannya ia menggenggam sebuah rambut dari kepala manusia, aku ingin lari ketika melihat mata dari kepala itu yg bergerak memandangku, tapi tubuhku terasa lemas, lalu aku melihat bagian atas tubuhnya.
Jantungku tersa berhenti berdetak dan nafasku tercekat, lehernya putus bersimbah darah tanpa kepala, yang dia pegang ditangan kananya adalah kepala dia sendiri. Lemas tubuhku dan kaki gemetar terasa gak kuat menyangga tubuhku. Tapi bersamaan dengan hampir pingsannya aku, sosok orang yg memegang kepalanya itu tiba-tiba menghilang dari pandanganku, dan sayup sayup aku mendengar suara adzan magrib.
0 komentar:
Posting Komentar