Bagi warga Banyuwangi, Alas Purwo memang terkenal sangat angker. Penduduk sekitar meyakini, di Alas Purwo terdapat istana jin tempat seluruh Jin yang ada di Pulau Jawa ngumpul. Bahkan warga sekitar sering melihat penampakan-penampakan mahluk halus.
Setiap tahunnya, ratusan bahkan ribuan umat hindu dari Bali dan Banyuwangi berkunjung ke sebuah pura yang terletak di tengah Alas Purwo. Bahkan, saat tanggal 1 Suro atau tahun barunya masyarakat Jawa, banyak warga yang datang ke Alas Purwo untuk bersemedi, mencari wangsit atau sekadar lelaku gaib, demikian juga saat bulan purnama. Sehingga, banyak yang meyakini, Alas Purwo merupakan tempat paling angker di Pulau Jawa.
Benarkah Wagini anak genderuwo
Menurut Ageng Kiwi, cerita itu dipercayainya benar dan tidak mengada-ada.
Percaya tidak percaya, menurut Ageng Kiwi, lahirnya Wagini anak genderuwo (27) seperti cerita di film-film misteri. Bagaimana tidak, ibu Wagini secara tidak sadar ditiduri oleh genderuwo yang menyerupai sang suami.
Ageng Kiwi lantas bercerita sesuai yang diketahuinya. Kala itu sekitar tahun 1980an, ayah Wagini pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Baru sekitar satu jam pergi, dia kembali. Hal itu di luar kebiasaan. Ternyata yang datang adalah genderuwo yang sudah berubah wujud.
Baca Juga : Bertemu Dengan Pemancing Tanpa Kepala di Pinggir Hutan Jati...
"Genderuwo itu mengajak hubungan intim sampai tiga kali," kata Ageng Kiwi kepada merdeka.com, Senin (13/5).
Kemudian, menurut Ageng, saat matahari terbenam suami wanita itu pulang, dan mengajaknya berhubungan intim. Permintaan itu tentu membuat kaget, meski akhirnya dilayani. "Si suami itu curiga karena memang memiliki kelebihan," katanya.
Beberapa bulan kemudian, wanita yang dikenal sebagai kembang desa di Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, hamil. Sang suami memilih diam, sambil menunggu si anak itu lahir.
"Begitu lahir, muncul tidak menyerupai manusia," ungkap Ageng yang pada acara televisi dipandu Tukul itu duduk sebelah kiri Wagini.
Cerita Ageng Kiwi berlanjut. Menurut dia, tidak lama setelah itu, pria itu meninggal dunia karena depresi dan malu. Selanjutnya Wagini diasuh oleh ibunya. Namun, pada suatu hari sang ibu kesal karena peyek pisang jualannya dihabiskan oleh Wagini.
"Wagini dipukuli dengan kayu. Tiba-tiba saja jelmaan ayahnya muncul, dan ibu Wagini menghilang sampai sekarang," tuturnya.
Akhirnya, Wagini hidup seorang diri. Namun secara tidak sengaja Wagini berjumpa dengan seorang wanita bernama Tuti atau lebih dikenal dengan Eyang Ratih. "Sejak usia 12 tahun Wagini diasuh Eyang Ratih," tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar